Tuesday, December 20, 2011

Refleksi Cinta Bagian ke 2 (teruntuk kekasih gelap)


Berawal dari perbincangan sebelum pulang dari sekolah dengan teman yang baru 17 bulan ketemu…segitu baru ga sih?? Hehhee…Omongan serius (tumben bisa serius) gaya anak muda yang masih single,..sebenarnya sih ini titik akumulasi dari sekian beban yang ada dalam hati untuk di Share, bahasa bekennya Churhat..bla..bla..bla.. (to cut the string) ..sampe akhirnya perbincangan kita ketemu frase Kekasih Gelap.
What kekasih gelap?? Eitt..jangan pada mikirin yang aneh2 yah..ini bukan soal selingkuhan but, soal rahasia cinta yang abadi n tulus…ehmm…bener banget ini rahasia cinta yang ga semua orang tau..Cuma orang tertentu aja, yang sepesial, tak sombong, dan rajin membantu ibu di rumah, yang tau..kayak saya! Haha kidding guys!

Memaknai kekasih gelap..

Saya pun terinspirasi dari sebuah tulisan gelap di media gelap yang serba gelap..yang membahas kekasih gelap..
Akhirnya saya bahasakan dalam bentuk tulisan ini..ga bagus2 amat sih..yah cukuplah buat ngisi waktu luang dari pada melamun..ngeliatin beranda doang..

kekasih gelap…
Ku mencintai moe, meski pun gak ada orang yang tahu
ku mencintai moe sedalam-dalam hati ku, meskipun kau hanya kekasih gelap ku
Yakinlah bahwa dirimoe adalah cinta ku
Yang ku cari selama ini dalam hidup ku…..bla bla gak inget lagi dah ini lirik..
Pokoknya ungu yang nyayi..mudah-mudahan Pashanya ga baca, lagian kurang kerjaan juga ngabaca ginian..kayak kalian baca tulisan ga penting ini>>

Kekasih gelap..
Begitu saya sebut lembut tapi penuh misteri, soalnya memang sosok dan kehadirannya serba gelap..bukan Cuma sosoknya bahkan bayangannya pun tak terjangkau dengan kata dan mata pokoknya sosok itu serba gelap, tapi tetap menggemaskan..seakan ingin dicapai tapi ga bisa..sedang dia selalu menari di benak dan sanubari hati..
Makanya ketika banyak orang yang Tanya,,mas dah punya kekasih belum?? Saya terus terang menjawab..sudah! kekasih gelap lagi..malah kami sudah diikat dengan tali perjodohan, bukan sembarang menjodohkan tapi Yang Maha Kuasa segala-galanya yang menjodohkan…dahsyatkan??

Kekasih gelap..
Saya Cuma ga habis pikir, melihat banyak orang yang tertipu fatamorgana melakukan apapun..dandan nyentrik, make up, melumasi bibir, sampe pake parpum yang wanginya 200 meter masih kecium..Cuma buat satu hal dapetin kekasih mereka..saya cuma geleng-geleng kepala sambil gerutu dalam hati, bahwa yang mereka cari sebenarnya Cuma kekasih semu, sedang saya disini tetap tenang dan tentram ga perlu dandan nyentrik atau lomba nyusun rayuan gomballl..gak perlu banget!! karena saya sudah memiliki kamu.. kekasih gelapku…

Kekasih gelapku…
Anugerah diri, sebagaimana rizki, kelahiran dan kematian, engkau juga telah terpatri sebagai pendamping ku bersamaan terciptanya diri ini..tinggal tergantung niat dan usaha kita bagaimana menggapai garisan jodoh kita…tahu kan bahwa kamulah pelengkap tulang rusuk ku…lebih dari itu kamulah pendampingku yang dengan mu aku mampu dan kuat menghadapi saat-saat sulit dalam hidupku…kamulah penopang sayap-sayap yang patah ketika kita akan mengarungi samudra hidup kelak…

Kekasih gelapku..
Firman Allah telah jelas tertutur…perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan sebaliknya..maka berjanjilah satu hal..persiapkanlah dirimu agar menjadi kekasihku yang memancarkan cahaya kesholehan, dan cemerlang dengan kecerdasan..dan plis..doain aku juga supaya bisa mengimbangin kamu..dalam kebaikan dan kesholehan..aku ga mau kalo kamu dan aku justru membuat perjodohan kita membusuk. Tak lagi wangi karena diikat tali cinta kepada Sang Pembuat Cinta..aku ingin kita bersama dengan kepakkan sayap-sayap kita menundukkan cinta ini dalam naungan cinta-Nya yang abadi, demi menggapai Mardhatillah..

Kekasih gelapku..
Cinta itu…tak selayaknya hanya menjadi pemanis bibir atau sekedar rayuan gombal, tapi cinta itu ibarat sungai yang jernih mengalir kedasar hati, melembutkan dan menyejukkan..ia akan tumbuh bersemi dalam wujud bahasa tingkah laku…dialah wujud pengorbanan yang hakiki, yang memberi makna disetiap katanya, dan bermakna disetiap detak jantungnya…
aku pun ingin begitu, membangun cinta kita tulus dan suci…selayaknya embun pagi, dan damai seirama awan yang berarak di langit nan biru..

Kekasih gelapku..
Walaupun begitu..tapi maafkan aku, karena aku ga akan pernah menjadikan kamu yang pertama dalam hatiku..ga bisa hatiku menempatkan mu pertama di dasar hati ini…mungkin kamu akan jadi yang k-8 atau ke-10…., karena hati ini tak akan bisa berpaling dari Sang Maha Pembuat Cinta, Dialah cinta pertama dalam hati yang tak dapat digeser oleh apapun atau siapapun, termasuk kamu sayang..yang kedua..cinta ini telah terteguhkan untuk cinta kepada sosok mulia penyampai risalah keselamatan..yang ketiga telah terikat erat hati ini di jalan perjuangan agama mulia ini…sebagian kecil cintaku baru untuk kamu..

Kekasih gelapku..
Sungguh jodoh itu suatu hal yang unik, tanpa disadari bisa terdapat banyak hal mengejutkan di dalamnya..ketika nabi Sulaiman menantang seteru besarnya ratu kerajaan Saba, Bilqis…perang kapanpun bisa terjadi, but terhempaslah kebencian, yang ada hanya cinta yang merekah abadi antara mereka berdua..cinta pun bersemi indah..
Ketika nabi Yusuf digoda oleh Zulaikha dan menjadikan beliau dipenjara dalam hina dan pekat… tapi jodoh memang tercipta dengan unik..singkatnya oleh Sang Maha Pembuat Cinta…. hati keduanya disatukan dalam naungan ikatan suci..sirnalah cerita usang..yang ada sekali lagi cinta yang bersemi indah..

Kekasih gelapku..
Aku ga mau kamu rela merekonstruksi wajah mu, merobek baju mu atau melenggak-lenggok dengan genit mu hanya sekedar menjadi orang yang mempesona..sungguh kalo kamu sampai melakukan itu, sejatinya kamu sedang merusak kesempurnaan yang telah tercipta..kecantikan dan pesona hakiki bukan datang dari baju atau kegenitanmu, tapi dari kesolehan yang memancar indah dan merekah dari dalam jiwa..
Aku ga butuh genitmu atau make up mu, hapuslah, basuhlah wajahmu dengan air wudhu dan poleslah dengan Akhlak terpuji,.sehingga kagumku cukup membuatmu tertunduk tawadhu..

Kekasihku gelapku..
Keindahan parasmu bukanlah utama, harta yang melimpah bukanlah segala, keturunan terhormat bukanlah alasan..tapi Rasulullah telah bersabda..takwalah kunci utama..bukan mustahil dan jangan kecewa, kamu akan menjumpai aku tanpa ketiga hal pertama..tapi Ya Allah, sanggupkan aku menjadi pribadi yang utama karena takwa yang terpancar dari dalam diri..dan lindungilah dari semua kecacatan semu..

Kekasih gelapku..
Maafkan aku jika nanti aku tak mampu membangun rona indah cinta kita ibarat cinta Romeo dan Juliet yang bertabur bunga-bunga indah..tapi ku akan berusaha membangun cinta kita..seperti cintanya Ali kepada Fatimah yang walaupun sederhana tapi mampu mengguncang dunia..
terlalu muluk?? Biarlah.. Sang Maha Agung yang menentukannya..

Kekasih gelapku..
Aku yakin wanita tercipta dari tulang rusuk lelaki, agar dekat dengan tangan untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai..aku juga ingin kamu kelak mampu menjaga kehormatanmu dan harga dirimu,, agar aku sungguh mampu mencintaimu dengan tulus..setulus cinta rembulan kepada bumi yang rela menemani semalaman tanpa mengharap balasan dari bumi..

Kekasih gelapku..
Memang saat ini kita terpisah jarak dan waktu…serta tanda Tanya besar yang belum terjawab siapakah KAMU? Aku pun tau kau bertanya hal yang sama tentang aku.. Tapi yakinlah, seyakin datangnya mentari esok pagi yang hangat sehabis gelap gulitanya malam..bahwa Allah tidak akan pernah ingkar janji..Dia kelak akan mempertemukan kita lewat jalan yang mungkin tidak kita sangka..sehingga kita menjadi satu bahtera..yang penuh barokah..barakallahu lahum.

Kekasih gelapku..
Terakhir..aku ingin kamu senantiasa membentangkan sajadahmu..memohon yang terbaik tentang jodohmu,,dan aku pun akan membentangkan sajadahku mengadu keharibaannya..bersama lantunan zikir dan kidung do’a yang mulia..kelak hati kita disatukan Allah di bawah naungan cinta suci-Nya.
(teruntuk Kekasih Gelapku yang entah ada dimana..Sebuah Refleksi Cinta Bagian ke-2)

Sunday, December 4, 2011

Creating the Quranic Character

Reflect the Quran in conduct, understand it, memorize it and recite it
It is an established fact that for Muslims the Qur’an is the foundation of the Islamic faith. It is the medium of communication that Allah (swt) has chosen to communicate His (swt) message to mankind. It is this very Book that has been revealed to our master Muhammad (saw) as a source of guidance, and a criteria for right and wrong, which was required to be conveyed to the rest of mankind to bring them out of the darkness and into the light of Islam.

It is for this reason Muslims throughout the centuries have held the Book of Allah in the highest regard, utmost respect and a source of guidance for this life and the Akhira.
It is well known that the Qur’an was revealed over a period of 23 years in a very interactive manner which enabled the sahabahs to practise the Qur’anic injunctions in their lives and to convey it to the Makkan society. Each year in the month of Ramadhan the Prophet (saw) would recite all of the Qur’an that was revealed to date in the presence of Jibreel (as). This was the ultimate means of checking the accuracy of his own recitation and in turn allowed the accuracy of the other memorisers to be verified.

In the last year of the Prophet’s (saw) life the Qur’an was recited twice to Jibreel (as) in the month of Ramadhan to ensure there were no errors. By the time of the Prophet’s (saw) death, the whole Qur’an had been committed to writing as well being solidly established in the memories of thousands of Muslims, some of whom memorised the whole of it, while others memorised portions of it. It is in this manner that the Qur’an has been meticulously compiled and passed down from generation to generation in order to preserve the revelations of Allah (swt) in its purest form without any alterations both in content and its styles of recitations.

It is narrated on the authority of Uthman (ra) that the Prophet (saw) said ‘The best amongst you is he who learns the Qur’an and teaches it’ (Bukhari).
This hadith of the Prophet (saw) amongst many others were the very source of inspiration and motivation for Muslims of the past and present to engage in learning to read and understand the Qur’an and then teach it to others.

The Qur’an is unique among religious texts in that it is not only read, but it is recited as a means of worship to the Creator. There are countless Ahaadiths on the virtues and rewards of reciting the Qur’an as has been narrated by the Prophet (saw).
Abdullah Ibn Mas’ud (ra) narrated that the Prophet (saw) said ‘Whoever reads one letter of the Book of Allah is credited with one hasanah (blessing) and one hasanah is equal to tenfold the like thereof in its reward. I do not say that Alif-Lam-Meem is one letter, but Alif is one letter, Lam is one letter and Meem is one letter.’ (Tirmidhi)

The Qur’an will be an intercessor for the believers on the Day of Judgment as the Prophet (saw) said ‘The Qur’an is an intercessor (which by Allah’s permission) intercedes, and an opponent (which is) truthful. He who appoints it as his leader, (then it) will lead him to Paradise. And he who puts it behind him, (then it) will lead him to the Fire.’ (Bayhaqi)

It is in this context of trying to attain the pleasure of Allah (swt) and living for the Akhirah that the Islamic ummah witnessed some great people in its history. These were people who made the Qur’an the centre of their lives and excelled in acquiring knowledge such that they mastered the Arabic language and all the relevant Islamic sciences in order to access the Book of Allah (swt) and understand its true message. These were people who truly lived up to their religion, treading in the path of knowledge and shaping their personalities in accordance with the Shariah.

Allah (swt) says in the Quran,
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
‘This is a Book full of Blessings that we have revealed unto you so people ponder upon its verses and men of intellect may reflect’. (Surah Sad 29)

Unfortunately, now we live in a time where the Qur’an reciters are many but only few are engaging in studying and seeking the guidance of the Qur’an and acting upon its rulings. We need to remind ourselves of the importance of contemplation, reflection and pondering over the meanings and rulings of the Qur’an, and making sure that it is read in a way that penetrates the heart and leaves a lasting and permanent impact on the believers. The result of this kind of reading is the development of a dynamic Islamic personality where Muslims embrace the Islamic Aqeedah, make the Shariah the code of conduct for their lives and engage in the da’wah to revive the Islamic way of life at a state level.

It is in relation to this subject of contemplation and reflection of the Qur’an when reading that the Prophet (saw) said in a hadiths ‘Groups of people will emerge from my Ummah who will drink the Qur’an as they drink milk’ (Tabarani).
In commenting on this hadiths Al-Munawi says in his Fayd al-Qadir: “… that is, they will raise their voices with their tongues without contemplating and reflecting on its meanings and pondering over its rulings; instead it (i.e. the Qur’an) passes over their tongues as milk which they drink passes over them which is quickly”
While it is true that we receive reward for the recitation of the Qur’an even when we do not understand its meanings, this should not however make us complacent such that it prevents us from studying the Qur’an and pondering over its meanings. Otherwise, this Qur’an will only be understood and practised by a select few whilst the masses will continue engaging in this act of ibadah (i.e. recitation of the Qur’an) with limited understanding and application in their daily lives.

Allah (saw) says:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
‘Do they not then ponder on the Quran, or are there locks on the hearts?’ (Surah Muhammad 24)

This was the situation of hypocrites who used to read the Quran but never attempted to sincerely understand it as the speech of Allah. And therefore, despite their recitation in their own language they were neither able to gain knowledge nor able to act according to it what was prescribed in it.

Thus, the reading of the Qur’an must be followed by one’s desire to understand it in depth and using it as a guide in one’s practical life. If understood and followed correctly, the Qur’an becomes a living guide for those who act upon it.
‘This Book which We have revealed is a blessed one. Follow its guidance and have piety so that you perhaps may receive mercy and will not say that the Book was revealed only to two groups of people before you, or that you were ignorant of its knowledge, or say: Had the Book been revealed to us, we would have followed its guidance better than they (Jews and Christians), so indeed there has come clear proof from your Lord, and guidance and mercy.’ (Al-An’am 155 – 157).

Source: http://www.hizb.org.uk/islamic-culture/creating-the-quranic-character

My Little Pray for My Students


Ya Allah, terima kasih di tahun ini Engkau telah menurunkan karunia yang besar untuk ku dengan hadirnya Anak-anak yang luar biasa di kelasku, yang membuatku terus merasa tertantang menjadi pembimbing dan Agent of Change untuk mereka dan diri ku sendiri. Terima kasih duhai penguasa Alam semesta, tahun ini aku belajar dari siswaku yang “tidak bisa diam”, aku belajar dari siswaku yang “sukar” memahami materi, aku tahu bukan karena mereka bodoh, tapi mungkin pengajaranku yang terlalu sulit mereka pahami. Aku juga belajar dari siswaku yang “creative”, yang setiap hari dengan tingkahnya menggodaku. Aku benar-benar bersyukur ya Allah, Engkau hadirkan mereka untuk aku.


Bagiku mereka adalah rizki yang indah. Bagaimana tidak aku katakan demikian Ya Allah, ilmu ku bertambah dengan kehadiran mereka. Sabarku berlipat-lipat karena kehadiran mereka. Dan yang paling kunikmati adalah ketika mereka tersenyum dengan riang dan membisikan sebuah kalimat indah ke telingaku, “ Guru,...aku bisa!”


Bagaimana aku tidak berterima kasih Ya Allah, merekalah yang membuat hidupku jadi lebih bermakna yang hadir setiap hari di kelasku. Oleh karena itu Ya Allah,..berikan kekuatan kepadaku untuk terus berjuang mendidik mereka dan menjadikan mereka insan-insan yang bermanfaat, bagi diri mereka sendiri, keluarga, masyarakat, dan Agamanya. Dahsyatkan hati ini Ya Allah, agar aku dapat dengan tegar menghadapi “daya kreatifitas” mereka. Dan duhai Allah, kututup do’a ini agar engkau berkenan membuka pikiran dan hati mereka agar mereka mudah mendapatkan ilmu setiap harinya. Amin.