Allah mencintai hamba-hamba-Nya dengan cara yang unik dan
berbeda-beda. Semakin tinggi ketakwaan seorang hamba, semakin unik cara
Dia mencintainya. Salah satunya adalah Nabi Ayub. Lelaki yang
diamanahkan Allah untuk mengemban misi ketuhanannya itu dicintai Allah
dengan penyakit yang sangat parah. Tak tanggung-tanggung, karena
penyakitnya itu, Ayub alaihi salam dijauhi sahabat dan kerabatnya.
Mereka tak tahan berdekatan lantaran aroma tak sedap dan takut tertular.
Maha suci Allah yang telah menciptakan manusia semulia Ayub. Ia tak
pernah membenci Allah dengan takdirnya, tak pula ia merasa bahwa Tuhan
yang dicintainya itu tak adil terhadapnya. Semakin berat sakit yang
dirasa, semakin cinta Ayub kepada Allah. Dan mulianya Ayub, semakin
parah penyakitnya semakin ia tersenyum. Allah dan para malaikat pun
tersenyum oleh kesabaran lelaki mengagumkan itu.
Memang takkan sebanding jika sekarang saya mengajukan sebuah nama untuk menyandingkannya dengan Nabi Allah itu. Semakin diberikan kepedihan hidup, beliau semakin kuat imannya, semakin dekat dengan Allah dan semakin mantap menjalani hidup. Inilah yang membedakan dengan orang kebanyakan, yang semakin dicoba dia justru semakin jauh dari Allah, dan menyalahkan Allah atas kepahitan hidup yang dia hadapi.
Ada sebuah ungkapan, "semakin gelap malam, maka terangnya matahari semakin dekat", inilah yang seharusnya menjadi titik awal kita menjalani semua kepedihan hidup, bahwa semakin berat cobaan, maka semakin dekat pertolongan Allah. Memang menjalani cobaan berat tidaklah semudah menuliskannya, tapi setidaknya disini penulis ingin berbagi tentang apa yang saat ini penulis pikirkan dan rasakan. Allah akan menolong orang-orang yang mengharap dengan tulus pertolongan-Nya. Allah akan menjanjikan surga bagi orang-orang yang bersabar menjalani setiap detil cobaan dalam hidupnya. Allah yang Maha Kuasa memberikan segala kekuatan bagi hamba-Nya yang meminta kepada-Nya.
Waallahu A'lam bishawwab.