Sunday, March 15, 2009

Word-structure and Morphemes

KATA DAN STRUKTUR KATA
Kata merupakan salah satu bagian terpenting dari bahasa. Tanpa kata, kita tidak akan mampu menyampaikan ide kita melalui bahasa. Tapi, kemudian pertanyaanya adalah, apa itu kata? Tidak seperti “phonemes” dan suku kata yang hanya sekedar elemen dari buntyi, kata, disamping mempunyai bentuk bunyi, juga memiliki makna yang terkait dengannya. Begitu juga, tidak seperti kalimat, yang dibentuk ketika dibutuhkan, kemudian hilang. Kata akan tersimpan secara tetap di dalam kamus mental seorang penutur (lexicon). Dengan kata lain, sekali seseorang mempelajari keduanya (bunyi dan makna terkaitnya) maka, dia akan mengetahui kata tersebut dan akan mengisi pembendaharaan kata dalam memorinya.
Seseorang yang tidak mengetahui bahasa inggris tidak akan mengetahui dimana satu kata harus di mulai dan di akhiri, seperti dalam ucapan “thecatsatonthemat”. Dia tidak akan tahu dimana harus memberi jarak antara kata yang satu dengan kata yang lain. Tanpa pengetahuan suatu bahasa jelas seseorang tidak akan mampu melakukan hal itu atau mengatakan berapa jumlah kata dalam ungkapan tersebut. Sebaliknya, seorang penutu bahasa inggris tidak akan menemui kesulitan untuk membagi kata per kata dalam ungkapan itu; the, cat, sat, on, the, mat.
Karena setiap kata adalah satu unit bunyi-makna, setiap kata yang disimpan dalam “kamus mental” harus disusun dengan gambaran bunyinya, yang menentukan bunyi berserta maknanya. Selain itu, setiap kata juga mempunyai gambaran informasi lainnya; apakah itu kata benda, kerja, keterangan, sifat dan lainnya, yang mana hal ini menggambarkan kategori tata bahasa atau struktur kelanya. Kalau saja kita tidak memiliki pemahaman ini dlama benak kita, maka tentu saja kita tidak akan tahu bagimana bentuk kaliamt yang benar secara tata bahasa, yang akan membedakan kata yang benar secara tata bahasa dan yang tidak.

MORFEM
Seperti suku kata dan kalimat, kata juga mempunyai strukturnya sendiri terdiri dari bagian yang lebih kecil yang disusun dan saling berkaitan berdasarkan suatu cara tertentu. Komponen yang paling penting mengenai struktu kata adalah morfem, bagian terkecil dari bahasa yang memiliki informasi mengenai makna atau fungsinya. Kata “morpheme” berasal dari bahasa Yunani “morphe” yang berarti bentuk “forms”.
Para ahli bahasa menggunakan istilah morphology untuk menyebut ilmu yang mempelajari struktur kata dan pembentukan kata beserta aturannya. Morphology juga akan memberikan gambaran kedalam tentang bagaimana suatu bahasa berfungsi, mempelajari perbedaan kategori dari kata-kata, keberadaan kata untuk berubah dan membentuk kata dengan cara yang bervariasi.
Jika fonologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai bunyi, morfologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Bagian dari kompetensi linguistik seseorang termasuk pengetahuan mengenai morfologi bahasa, yang meliputi kata, pengucapan kata tersebut, maknanya, dan bagaimana unsur-unsur tersebut digabungkan (Fromkin & Rodman, 1998:96). Morfologi mempelajari struktur internal kata-kata. Jika pada umumnya kata-kata dianggap sebagai unit terkecil dalam sintaksis, jelas bahwa dalam kebanyakan bahasa, suatu kata dapat dihubungkan dengan kata lain melalui aturan. Misalnya, penutur bahasa Inggris mengetahui kata dog, dogs, dan dog-catcher memiliki hubungan yang erat. Penutur bahasa Inggris mengetahui hubungan ini dari pengetahuan mereka mengenai aturan pembentukan kata dalam bahasa Inggris.
Aturan yang dipahami penutur mencerminkan pola-pola tertentu (atau keteraturan) mengenai bagaimana kata dibentuk dari satuan yang lebih kecil dan bagaimana satuan-satuan tersebut digunakan dalam wicara. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari pola pembentukan kata dalam bahasa, dan berusaha merumuskan aturan yang menjadi acuan pengetahuan penutur bahasa tersebut.

Dalam hubungannya dengan sintaksis, beberapa relasi gramatikal dapat diekspresikan baik secara infleksional (morfologis) atau secara sintaksis (sebagai bagian dari struktur kalimat), misalnya pada kalimat He loves books dan He is a lover of books. Apa yang di dalam suatu bahasa ditandai dengan afiks infleksional, dalam bahasa lain ditandai dengan urutan kata (word order) dan dalam bahasa yang lain lagi dengan kata fungsi (function word). Misalnya dalam bahasa Inggris, kalimat Maxim defends Victor (Maxim mengalahkan Victor) memiliki makna yang berbeda dengan kalimat Victor defends Maxim (Victor mengalahkan Maxim). Urutan kata sangat penting. Dalam bahasa Rusia, semua kalimat berikut bermakna ”Maxim defends Victor” (Maxim mengalahkan Victor):

Maksim zasčisčajet Viktora.
Maksim Viktora zasčisčajet.
Viktora Maksim zasčisčajet.
Viktora zasčisčajet Maksim.

Sufiks infleksional –a pada Viktor menunjukkan bahwa Victor adalah yang dikalahkan, bukan Maxim.
Dalam bahasa Inggris, untuk mengungkapkan makna ”masa depan” (future) dari sebuah verba kita harus menggunakan function word berupa will, misalnya pada kalimat John will come Monday. Dalam bahasa Prancis, verba untuk future tense menggunakan infleksi (Jean vient lundi ”John is coming Monday” atau Jean viendra lundi ”John will come Monday”). Demikian halnya jika bahasa Inggris memiliki penanda have dan be, bahasa Indonesia menggunakan afiksasi untuk Mengungkapkan hal yang sama, misalnya:

Dokter memeriksa saya. The doctor examines me.
Saya diperiksa dokter. I was examined by the doctor.

Selain itu, semua morfem memiliki struktur gramatikal yang dilekatkan padanya. Terkadang, makna gramatikal hanya tampak jika morfem tersebut digabungkan dengan morfem lain (seperti pada afiks yang dapat mengubah makna gramatikal). Morfem infleksional adalah morfem yang tidak memiliki makna di luar makna gramatikal, seperti penanda jamak ”s” dalam bahasa Inggris. Tetapi morfem lain memiliki pengecualian, seperti pada kata hit – hit (present – past), atau sheep – sheep (tunggal - jamak).
Dalam hal morfem, kata seperti ‘builder’ (terdiri dari 2 morfem); ‘build’ (artinya membangun) dan –er (yang menunjukan bahwa keseluruhan kata itu berfungsi sebagai kata benda yang berarti “orang yang membangun). Begitu juga dengan kata ‘houses’ adalah dibentuk dari 2 morfem; ‘house’ (yang berarti ‘tempat tinggal’) dan –s (yang berarti ‘lebih dari satu’) sehingga ‘houses’ berarti rumah-rumah. Kata ‘reopened’ terdiri dari 3 morfem. Satu bagian terkecil dari makna adalah ‘open’, bagian terkecil lainnya adalah ‘re- (yang berarti “lagi”) dan satu bagian terkecil lain yang menyatakan fungsi tata bahasa adalah –ed (menunjukkan “masa lampau”).
Namun, tidak setiap kata dalam bahasa inggris terdiri atas 2 morfem, beberapa dapat hanya terdiri dari 1 morfem, contohnya; kata ‘train’ tidak dapat dibagi dalam bagian yang lebih kecil lagi (misalnya; tr dan ain ; atau t dan rain) sehingga memiliki makna dan fungsi. Kata-kata semacam ini, disebut kata sederhana sedangkan kata-kata yang terdiri dari 2 morfem atau lebih biasa disebut dengan kata kompleks.
Satu kata dapat juga disusun dari satu morfem atau lebih;

satu morfem
Boy
Desire
dua morfem
Boy + ish
Desire + able
Tiga morfem
Boy + ish + ness
Empat morfem
Gentle + man + li + ness
Lebih dari empat morfem
Un + gentle + man + li + ness

Satu morfem dapat diwakili oleh satu bunyi, seperti morfem ‘a’ yang berarti tanpa sebagaimana dalam kata ‘amoral’ atau ‘asexual’, atau mungkin dibentuk oleh satu suku kata seperti ‘child’ dan ‘ish’ in ‘childish’. Satu morfem juga dapat terdiri atas lebih dari 2 suku kata; seperti ‘lady’ dan ‘water’, atau 3 suku kata seperti dalam kata ‘crocodile, atau empat suku kata, sebagaimana dalam ‘salamander’.
Morfem bebas dan terikat
Morfem terdiri dari 2 jenis; ada yang dinamakan morfem bebas atau morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata, contoh; ‘open’ dan ‘house’, dan ada juga morfem yang dinamakan morfem terikat yang tidak dapat berdiri sendiri, namun membutuhkan atau selalu menempel pada suatu kata contoh -er, -ist, -ed, -s, (jenis morfem akan dibahas pada bab berikutnya).

ALLOMORPH
Bentuk yang berbeda dari suatu morfem disebut allomorph. Contoh allomorph dalam bahsa inggris adalah; penggunaan “an” sebelum satu kata yang dimulai dengan bunyi vocal dan “a” sebelum kata yang dimulai dengan bunyi konsonan.
An orange
An accent
A building
A car
Yang juga harus diperhatikan bahwa yang membedakan penggunaan ‘a’ dan ‘an’ adalah dari segi pengucapan kata yang diikutinya, bukan dari segi pengejaannya, jadi seperti a university atau an umbrella.
Contoh lain dari variasi allomorph didapatkan dalam penyebutan morfem jamak –s sebagaimana dalam kata-kata berikut
Cats
Dogs
Judges
Pada kata cats, morfem –s yang menyatakan jamak menjadi /s/, pada kata yang kedua menjadi /z/ dan pada kata yang ketiga menjadi /Əz/.
Namun, kasus yang lain mengenai variasi allomorph ditemukan dalam pasangan kata-kata seperti permit/ permissi-ive, include/ inclus-ive, impress/ impress-ion dan lainnya. Seperti yang akan dilihat jika kita mengucapkan kata-kata diatas dengan keras, penguacapan dari konsonan yang ada pada morfem pertama berubah pada saat satu akhiran ditambahkan.
Tidak perlu dibingungkan perubahan ejaan dengan variasi allomorph. Sebagai contoh, akhir e dalam ejaan ‘create’ dan ‘ride’ berubah menjadi ‘creat-ive’ dan rid-ing’, tapi hal semacam ini bukanlah variati allomorph karena tidak ada perubahan dalam hal pengucapan. Dengan kata lain, ada variasi allomorph di kata ‘impress/ impress-ion, dimana pengucapan morfem yang pertama berubah walaupun tidak ada perubahan pada ejaannya.


REFERENCES:
Fromkin and Rodman, 63-70
Katamba, 17-39
O’grady, 111-114

Internet
http://just-drop-by.blogspot.com/2008/09/morfologi-dasar-dasar.html

The Relationship between Drama and Language Learning

Drama is a literary form supported by the most ancient traditions, firmly embedded in the social customs of cultures throughout the world, and well known for the excitement and enthusiasm it produces both in performers and the spectators. It is essential to remember that drama is not just the description of discussion of events from real life; it is the re-creation of real life (‘the imitation of an action’-as Aristotle defined it centuries ago), and make use of all the constituent elements of real activity. These obviously include language, but such things also as movement, position, gesture and facial expression, so it is really an imitation of the real life. This means that we are able to make use of the varied and subtle expressive resources of language, such as intonation, pitch, volume, emphasis, hesitation and so on. By performing the drama, the language students will naturally be set to learn about the target language (language to be learned). Drama is an effective way as a useful tool in learning language. Learning through drama helps students to develop four main language skills, because in drama they will perform by using all senses, as well as drama helps student to develop their proficiency in structural, semantic, discoursal and other communicative aspect. Drama provides an ideal opportunity for task-based learning in the study of language. It is a great opportunity to build students’ ability in languages such as decoding, discourse, vocabulary and syntactic knowledge. It is really great chance to use languages in application as if in the real life.

Thursday, March 5, 2009

UMMAH AND FIGHT

UMMAH is crying

When the bombs are dropping

The leaders of the countries are lying

When our generation likes dying

We lost memory of our victory

Cos, we are shy to remember our history

Don’t you know it’s the history of nobility?

So why you quiet? Let’s look back our history to reach our victory

Yes..it’s not a time to stay

You don’t need to ask why

Just join us to struggle on the true way!

Cos, you don’t know when you pass away

They say this struggle is boring

But, I say they are lying

Coz, what they can do just insulating

And I will be here to keep on fighting