Wednesday, February 17, 2010

Secarik Surat Cinta untuk Bunda

Bunda…
Kau seperti matahari yang memancarkan kehangatan
Kaulah gemerlap bintang dilangit malam cerah
Kaulah rembulan yang menyinari malam
Kaulah....

Ah... sungguh terlalu banyak hal indah yang dapat aku ungkapkan untuk menggambarkanmu bunda!
Bahkan mungkin kau lebih dari semua gambaran itu...

Saya rasa tidak akan pernah ada satu makhluk pun di dunia ini yang gak pernah merasakan pengorbanan seorang makhluk yang biasa kita sebut ibu...
Kawan...ketahuilah sungguh ibumu lah orang pertama yang memberikan kasih sayang padamu! Ibu yang telah memulai sebuah pengorbanan ketika seorang bayi masih dalam kandungan. Bagaimana ibu harus rela membopong beban berat di rahimnya kemana-mana, ketika tidur pun tidak nyeyak karena beban di rahimnya itu, bagaimana beliau rela untuk menahan kesakitan, berjuang diantara hidup dan mati untuk melahirkan sang buah hati tercinta. Setelah itu merawat, memelihara...hingga sang buah hati tercinta tumbuh menjadi dewasa.

Begitulah...sehingga tak heran ketika baginda Rasul SAW ditanya oleh seorang sahabat ”siapakah yang paling pantas untuk dihormati” maka lisan yang mulia itu mengatakan ibumu....ibumu....ibumu.....
Karena Islamlah peninggi derajat para ibu.!

Kawan...tanyakanlah dengan jujur pada dirimu, bagimanakah cinta dan sayang saya, kamu, loe, kita pada ibu? Sedalam lautkah? Seluas samuderakah? Semurni embunkah? Atau hanya sebatas cahaya remang, kecil dan mudah padam. Dan sungguh jika cinta dan sayang loe, gue, saya, kita Cuma sebatas cahaya remang, maka itu berarti kita belum dapat memahami pengorbanan seorang ibu untuk makhluk yang kita sebut manusia.

Ingatkah semua kasih sayang ibu kepada kita?
Ibu, ummi, mama, mother, bunda, enyak,. Sungguh saya gak peduli kita panggil dia apa, namun yang terpenting bagamana curahan cinta, penghormatan dan kasih sayang kita buat dia.
Dan ketahuilah kawan...walaupun tidak terbersit cinta kita kepada bunda, sesungguhnya cinta dan sayang bunda kepada mu tak akan pernah luntur. Sekalipun engkau mengabaikannya atau membentaknya, karena engkau buah hatinya, dambaanya untuk meraih syurga-Nya.

Kasih ibu itu seperti lingkaran
Terus berputar tak ada ujung...
Kasihnya seindah hamparan gemerlap bintang di langit malam
Damainya menyelimuti seperti kabut pagi
Menghangatkan bagaikan mentari pagi

Sungguh...kawan, pantaskah bagi kita memperlakukan ibu kita dengan penuh keangkuhan, kebengisan atau kemunafikan. Tidakkah kita menyadari cintanya telah kita rasakan dan menjadi bagian diri ini?

Damai,...itulah wajah bunda ketika saya menatapnya sewaktu saya masih kecil dulu. Wajahnya selalu memancarkan kedamaian dan kasih sayang yang tidak pernah padam.
Wajah bunda damai, sejuk selayaknya awan putih yang berarak di langit biru nan cerah...sungguh belaianya meneduhkan dan tak pernah berubah hingga kini saya dewasa.

Bunda engkaulah jalan ku menuju syurga...

Engkaulah yang pertama kali mengatakan sayang ketika banyak orang membenci ku.
Engkaulah yang pertama mempercayai ketika banyak orang mengingkari ku.
Engkaulah penyemangat diri, ketika kaki ini sudah lelah berjalan menyusuri setapak kehidupan ini. Dan...
Engkaulah penjaga cinta Allah kepada anakmu ini....




Thanks ya bunda...

Atas kesakitan yang engkau dera ketika melahirkan buah hatimu ini...
Atas setiap gelas susu hangat yang selalu engkau suguhkan ditiap hari...
Atas setiap kue, pisang goreng, singkong rebus yang engkau sajikan untuk buah hatimu mengawali harinya...
Atas setiap kumandang cinta di tiap subuh, sebuah kumandang cinta yang sangat aku rindukan untuk membangunkan anak nakal ini dari buaian alam mimpinya, (maaf bunda kadang aku kesiangan)
Atas lantunan do’a yang selalu engkau panjatkan, do’a yang selalu sama, do’a untuk kebahagiaan buah hatimu...
Atas setiap butir keringat dan air mata yang terjatuh membasahi tanah, ketika kau mencari penghidupan untuk anakmu ini....
Atas setiap kepercayaan....
Atas semua cerita indah pengantar anakmu kealam mimpi...
Atas setiap nasihat, didikan dan bimbingan....
Atas setiap kasih sayang, dan senandung indah....
Yang sungguh sampai kapan pun diri ini tak akan pernah sanggup untuk membalasnya...
Walau setetes...

Bunda....sungguh begitu banyak cerita indah semasa kecil tentang mu...
Saat buah hati mungilmu ini terus meronta seraya memukul tubuhmu karena marah padamu, tetap engkau tidak menunjukkan kemarahan di wajahmu.
Engkau jugalah yang merelakan dirimu tidak dapat merasakan kelezatan makanan karena engkau memberikannya kepada buah hatimu ini,....dan engkau tetap tersenyum tulus kepada buah hatimu...tanpa dendam....dan hangat....
Sehangat pelukanmu yang mampu membangkitkan kembali semangat buah hatimu... saat diri ini seakan mulai lelah berjuang menghadapi hidup, dan senyum itu tetap setia menemani buah hatimu kala senang kala derai airmata! I will never forget it mom!

Dan bunda sungguh aku tetap berharap senyum dan kasih sayang mu tetap menemaniku hingga ujung waktu....

Ya rabbi...
Diri ini tak mampu membalas semua kasih sayangnya kepadaku,..

Ya rabbi...
Berjuta untaian maaf tak pernah bisa menebus dosaku padanya. Hanya cinta dan kasih sayang-Mu yang sepadan membalas semua itu...

Dan Ya Allah
aku berharap agar Engkau kelak mengumpulkan kami kembali di tempat yang indah di Syurga-Mu kelak....amin.
Rabbighfirlii wa li walidayya…..
Warhamhumaa kama rabbayanii saghiiraa….

Dari:
Buah hatimu yang merasakan cintamu (fayi').

No comments: